Pak Kapolsek ini ngajak makan-makan bareng, enak tho?. Ya enggak cuma itu, acara sebenernya adalah Isra’ Mi’raj, ada ceramahnya juga. Abis itu masih muter2 dulu cari buku, kaos, dan pernak-pernik di stand pameran PIMNAS. Akhirnya baru bisa pulang setelah sholat Ashar.
Waktu sampai di terminal Landungsari, aku dapat bus yang udah penuh penumpang. Yah daripada ntar kemaleman, gak apa2 deh naik bus ini. Gak usah nunggu bus lain. Di sinilah awal terjadinya sebuah perguncangan dan pergolakan batin. Kesabaran mulai di pertanyakan dan raga mulai di banting (halah). Serius !
Aku terpaksa harus berdiri dalam bus kecil yang penuh dengan orang2 bermuka suram, kelelahan, dan pasrah mengikuti kemanapun bus ini pergi membawanya (ya iyalah, namanya juga penumpang). Sama sekali gak ada aura positif yang bisa menimbulkan semangat dan kenyamanan menikmati perjalanan. Mungkin klo supirnya diganti Aura Kasih agak mendingan :P (apaan sih?)
Bus melaju lumayan kenceng. Serasa dibanting ke kiri, ke kanan, samping dan belakang, karena gak punya pegangan yang kuat. Baru berjalan beberapa puluh meter, sudah mulai mual-mual, tapi gak ada orang yang tau. Ntar ku ajarin bagaimana mual-mual yang elegan :P
Puspa Indah sayang....!

Puspa Indah sayang....!
Untunglah bus mampir dulu ke terminal Batu, jadi bisa istirahat sejenak.
Salah !, ini jelas bukan ide bagus, dengan seenaknya kenek bus menambah muatan beberapa orang lagi. Spontan aku teriak,
“ Woii pak !, liat dong ini udah penuh, kita udah gak bisa gerak lagi, gak bisa bernafas. Kami manusia pak, bukan ayam, bukan barang yang bisa seenaknya saja di jejalin”
Sayangnya itu cuma teriakan dalam hati, gak ada yang denger. Hahaha…aku belum seberani itu untuk jadi pahlawan dadakan. Tapi aku yakin semua penumpang setuju dengan kata hatiku. Huff…!
Penumpang baru ini ibu-ibu, toh akhirnya aku gak tega juga liat si ibu kesulitan naik. Ku ulurkan tangan tuk membantunya naik dan mengangkat barang2 bawaannya. Nah, saat bus udah berjalan lagi, si Ibu ini ngajak ngobrol. Sebenernya gak masalah dengan omongannya tapi….BAU MULUTnya itu loh, bener2 buaauuu. Belum lagi bajunya juga bau pasar, campur2. Hoeeek !. Mulai sekarang ibu ini kita panggil ibu BP( Ibu Bau Pasar )
Sempat curiga, jangan-jangan Ibu BP dapet wangsit atau saran dari orang yang katanya pinter untuk tidak sikat gigi dan tidak mencuci bajunya beberapa bulan agar bisa mengeluarkan bau fantastis sebagai syarat agar dagangannya di pasar laris manis, oh entahlah.
Merasa ku tanggapi, Ibu BP semakin bersemangat ngajak ngobrol, beliau cerita panjang lebar tentang anaknya, tetangganya, dan kambingnya. Sementara aku berusaha keras menahan mual. Dia tidak tau, saat dia ngomong itu ibarat menyemprotkan parfum kotoran di hidungku. Dalam hati aku berdo’a agar segera pingsan, tapi gak pingsan2 juga. Masalahnya perjalanan ke Jombang masih panjang dan aku gak bisa mundur atau sekedar tukar tempat dengan penumpang lain, sudah penuh sesak. Dilema, sungguh dilema. Di satu sisi nuraniku ingin menghormatinya, di sisi yang lain aku ingin menyingkirkannya. Pengen nangis sekeras-kerasnya, kenapa aku harus terjebak dalam kondisi seperti ini, Ya Allah apa dosaku? (gak nyadar klo punya banyak dosa). Pedih, perih !
Dengan sisa2 nafas yang tersengal-sengal, mata buram karena berair, tak kuat menahan mual yang sangat. Aku mencoba menunjuk sebaris tulisan yang tertempel di pintu, berharap dibaca orang lain sebagai cara terakhir untuk menyelamatkan diri..."Pecahkan kaca dalam keadaan darurat"
written on Muslimah's Official Site
http://myusmozaic.blogspot.com